9 Hari Survey Lapangan ke Dieng
Saya bersama 11 teman saya tinggal selama 9 hari di Balai Desa Dieng yang berlokasi di Dieng Wetan,
Kejajar, Wonosobo dalam rangka survey tugas kuliah. Selama itu untungnya kami
ditawari penginapan gratis oleh Kepala
Desa Dieng. Disediakan dua kamar tidur, satu ruang kerja Kepala Desa dan ruang
tamu yang kami ubah menjadi ruang tidur. Ruangan itu berada di lantai dua Balai
Desa. Sayangnya belum tersedia teknologi penghangat ruangan disini. Setiap
malam kami merasa kedinginan meskipun semua pintu dikunci rapat. Bahkan saking dinginnya,
kaca dinding yang mengembun mirip kaca di lemari kulkas.
Kami
mandi dua hari sekali karena suhu udara yang mencapai 17 derajat celcius, jauh
berbeda dari Kota kami kuliah di Semarang yang bersuhu di kisaran 30 derajat
celcius. Kecuali seorang teman saya namanya Rinto. Dia melakukan ritual mandi
sekaligus sholat shubuh di Masjid terdekat setiap hari. Meskipun malas mandi, kami
sering kali membeli sate ayam yang dijual seorang Ibu di depan spot foto Welcome to Dieng. Dengan harga sangat
terjangkau dan rasa yang enak membuat perut jadi terisi tanpa memeras kantong
dalam-dalam. Ibu itu datang dari Kecamatan Wonosobo berjalan kaki sambil
menggendong dagangannya, memberi asupan kami makan yang nikamat! makasih Ibu.
Kegiatan kami di Kecamatan Kejajar adalah untuk menjalankan tugas mata kuliah Praktik Survey dan Kompilasi Data Keruangan (Praksodak) dan Analisis Lokasi dan Pola Ruang (Lokaporu). Ini adalah pengalaman survey lapangan pertama. Bagi kami survey sangat penting karena salah satu profil lulusan jurusan adalah sebagai surveyour. Disana kami melakukan pengambilan kuesioner, melakukan wawancara dan observasi/pengamatan di semua Desa yang ada di Kecamatan Kejajar. Dengan waktu seminggu, kita harus mendapat sampel data primer dari semua Desa di Kecamatan ini.
Keramahtamahan masyarakat Kecamatan
Kejajar membuat kami betah tinggal disana. Meskipun tidak selalu berjalan
mulus, karena ada teman kami yang sakit dan medan terjang pegunungan yang
sedikit menghambat kami. Tapi syukur Alhamdulillah, kami bisa menjalankannya dengan
lancar. Dimulai dari senyum masyarakat yang sering terlontar ketika berjumpa,
hingga anak-anak yang tertawa ingin mengajak kami bermain menjadi kesan yang
membuat saya merindukan Dieng. Pernah di malam hari, air di Balai Desa mati dan
saya menumpang air wudhu di rumah warga. Karena saat itu suhu sedang dingin
maka saya kedinginan. Lalu dua orang bapak-bapak yang sedang berbincang-bincang
mengajak saya bergabung dengan bara api yang siap menghangatkan tubuh.
Meskipun
harus membiasakan dengan suhu yang menurut kami terlalu dingin, tapi Dieng dan
desa sekitarnya memiliki destinasi wisata yang selalu memanjakan mata. Kami
bisa menikmati Golden Sunset di Bukit
Sikunir, Telaga Warna dan Telaga Pengilon, Pemandangan Gunung Prau, Kebun Teh
Tambi dan wisata menarik lainnya. Mudahnya akses menuju tempat wisata membuat
kami bisa menyela-nyelakan waktu untuk sekedar berfoto selfie dengan teman-teman. Saya juga mengagumi desadieng.com, yaitu
grup anak muda di Desa Dieng yang penuh percaya diri ingin meningkatkan
kualitas SDM Desa Dieng dengan mengadakan pelatihan dan menanamkan mindset pada
anak muda agar mengejar pendidikan setinggi langit.
Dieng
juga menyediakan mie ongklok, mie yang mirip spaghetti berisi kubis dengan
ditemani sate ayam yang gurih. Lalu ada manisan carica yang pernah saya mencoba
membuatnya dari awal proses pengupasan hingga pengepakan. Serta keripik kentang
yang gurih juga menjadi camilan nikmat yang pernah saya kenal. Saya sangat
berterimakasih pada masyarakat Kecamatan Kejajar yang telah 9 hari menemani saya
bertugas, Teman-teman satu kelompok yang telah berjuang tanpa kenal lelah
mengerjakan tugas, Dosen saya yang membantu persiapan dari awal hingga pasca
survey serta rasa syukur yang mendalam kepada Allah Swt. yang memberi saya
kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan survey tersebut.
Observasi Partisipatif
0 Komentar